Recent Posts

BENTUK-BENTUK JIHAD DALAM AJARAN ISLAM

              
 Jihad sebagai salah satu wujud pengalaman ajaran Islam dapat dilaksanakan dalam berbagai bentuk sesuai dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh umat Islam. Dalam situasi kaum muslimin mengalami penindasan, jihad dapat dilakukan dalam bentuk peperangan untuk memebela diri. Tetapi, dalam situasi damai jihad dapat dilakukan dalam bentuk amal salih, seperti menunaikan Ibadah Haji, membantu fakir miskin, berbakti kepada orang tua, rajin belajar dan dakwah Islam amar ma’rufnahi munkar.
1.      Perang
               Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk tidak pernah gentar berperang di jalan Allah. Apabila kaum muslim dizalimi, fardhu kifayah bagi kaum muslim untuk berjihad dengan harta, jiwa dan raga. Jihad dalam bentuk peperangan diizinkan oleh Allah dengan beberapa syarat: untuk membela diri, dan melindungi dakwah. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah: ”Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah, baik laki-laki, wanita, maupun anak-anak yang semuanya berdoa, ”Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang dzalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi-Mu dan berilah kami penolong dari sisi-Mu. (QS An Nisa [4]:75)
               ”Diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalimi. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu.” 
(QS Al Hajj [22]:39).
               Dalam berperang, kaum muslimin tidak boleh melampaui batas, membunuh perempuan, anak-anak dan orang-orang tua renta yang tidak ikut berperang. Islam juga melarang merusak akses dan fasilitas public seperti persediaan makanan, minuman dan pemukiman. Perang juga tidak boleh dilakukan apabila negosiasi dan proses perjanjian damai masih mungkin dilakukan. Peperangan harus segera dihentikan apabila musuh sudah menyerah, melakukan gencatan senjata atau menekan perjanjian damai. Dalam ungkapan Alquran, peperangan dilakukan untuk menghilangkan fitnah (kemusyrikan dan kezaliman), dank arena itu, apabila telah tidak ada lagi fitnah, tidak ada alasan untuk melakukan peperangan.
2.      Haji Mabrur
               Haji yang mabrur merupakan ibadah yang setara dengan jihad. Bahkan, bagi perempuan, haji yang mabrur merupakan jihad yang utama. Hal ini ditegaskan dalam beberapa hadist, di antaranya:
               Aisyah ra berkata: Aku menyatakan kepada Rasulullah SAW: tidakkah kamu keluar untuk berjihad bersamamu, aku tidak melihat ada amalan yang lebih baik dari pada jihad, Rasulullah SAW menyatakan: tidak ada, tetapi untukmu jihad yang lebih baik dan lebih indah adalah melaksanakan haji menuju haji yang mabrur.
               Padan riwayat Al Bukhari lainnya, Rasulullah SAW juga bersabda: Aisyah menyatakan bahwa Rasulullah SAW ditanya oleh istri-istrinya tentang jihad, beliau menjawab sebaik-baik jihad adalah haji.
3.      Menyampaikan Kebenaran kepada Panguasa yang Lalim.
               Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, umat Islam berjihad melawan penjajah Portugis, Inggris, Belanda, dan Jepang yang menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan rakyat yang mayoritas beragama Islam. Sebagian melakukan perlawanan dengan cara perang gerilya, sebagian lainnya menempuh cara-cara yang damai melalui organisasi yang modern, memajukan pendidikan da mengembangkan kebudayaan yang mem-bawa pesan anti penjajahan. Perintah jihad melawan penguasa yang zalim disebutkan, antara lain, dalam hadist riwayat At Tirmizi:
               Abu Said Al Khudri menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya diantara jihad yang paling besar adalah menyampaikan kebenaran kepada penguasa yang zalim merupakan suatu perjuangan yang sangat besar. Sebab, hal itu sangat mungkin mengandung resiko yang cukup besar pula.
4.      Berbakti kepada Orang Tua.
               Jihad yang lainnya adalah berbakti kepada Orang Tua. Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk menghormati dan berbakti kepada orang tua, tidak hanya ketika mereka masih hidup tetapi juga sampai kedua orang tua wafat. Seorang anak tetap harus menghormati kedua orang tua-nya, meskipun seorang anak tidak wajib taat terhadap orang tua yang memaksanya untuk berbuat musyrik (QS Luqman, [31]:14).
               Jihad dalam berbakti kepada orang tua juga dijelaskan dalam hadist. Seseorang datang kepada Nabi SAW untuk meminta izin ikut berjihad bersamanya. Kemudian Nabi SAW bertanya: apakah kedua orang tuamu masih hidup? Ia menjawab: masih, Nabi SAW bersabda: terhadap keduanya maka bejihadlah kamu.
               Berjihad untuk orang tua, berarti melaksanakan petunjuk, arahan, bimbingan, dan kemauan orang tua. Kata fajahid dalam hadist tersebut, berarti memper-lakukan orang tua dengan cara yang baik, yaitu dengan mengupayakan kesenangan orang tua, menghargai jasa-jasanya, menyembunyikan kelemahan dan keku-rangannya serta berperilaku dengan tutur kata dan perbuatan yang mulia.
5.      Menuntut Ilmu.
               Bentuk jihad yang lainnya adalah menuntut ilmu, memajukan pendidikan masyarakat. Di dalam sebuah hadist yang di riwayatkan Imam Ibnu Majah disebutkan: Orang yang datang ke Masjidku ini tidak lain kecuali karena kebaikan yang di pelajarinya atau diajarkannya, maka dia sama dengan orang yang berjihad di jalan Allah. Barang siapa yang datang bukan karena itu, maka sama dengan orang yang melihat kesenangan orang lain.
               Orang yang datang ke Masjid Nabi untuk mempelajari dan mengajarkan ilmu sebagaimana disebutkan pada hadist diatas, diposisikan seperti orang yang berjihad di jalan Allah. Dengan semangat belajar, umat Islam dapat memajukan pendidikan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi demi kesejahteraan umat. Salah satu sebab kemunduran umat Islam adalah karena kelemahannya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
6.      Membantu Fakir-Miskin.
               Jihad yang tidak kalah pentingnya adalah membantu fakir miskin, peduli kepada sesama, menyantuni kaum papa. Bantuan pemberdayaan dapat diberikan dalam bentuk perhatian dan perlindungan atau bantuan material.
               Hadist yang di riwayatkan Bukhori menjelaskan: ”Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda, ”Orang yang menolong dan memberikan perlindungan kepada janda dan orang miskin sama seperti orang yang melakukan jihad di jalan Allah.”
               Memberikan bantuan finansial dan perlindungan kepada orang miskin dan janda, merupaka amalan yang sama nilainya dengan jihad di jalan Allah. Sebab, jihad dan perhatian atau kepedulian kepada orang yang membutuhkan bantuan, keduanya sama-sama membutuhkan pengorbanan. Dengan membantu dan memperhatikan orang-orang lemah, kita dituntut untuk mengorbankan waktu, tenaga, dan harta untuk kepentingan orang lain.

               Dan ini pun, sangat sesuai untuk dengan pengertian jihad yang sesungguhnya. Pemahaman jihad yang baik dan benar, berimplikasi positif terhadap perilaku umat Islam. Hasilnya setiap muslim memiliki sense of crisis, suka menolong terhadap orang lain, tidak mengobarkan permusuhan, menjauhi kekerasan, serta mengedepankan perdamaian.      

0 Response to "BENTUK-BENTUK JIHAD DALAM AJARAN ISLAM"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel