Recent Posts

Islam dan Persoalan Lingkungan


Persoalan lingkungan hidup merupakan masalah manusia sepanjang masa, sebab manusia dan lingkungan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Disamping itu juga memiliki saling keterkaitan di antara keduanya. Artinya manusia menentukan dan mempengaruhi lingkungan atau sebaliknya lingkungan yang mempengaruhi manusia.
Kait-mengkait antara manusia dan lingkungannya melahirkan suatu interaksi yang mampu melahirkan sikap, pola pikir dan perbuatan yang kreatif bagi manusia, tempat manusia tumbuh dan berkembang baik dalam arti individual maupun sosial. Dengan interaksi itu akan terbentuk lingkungan sosial yang secara psikologik sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa, dan secara pedagogik akan tercipta insan mandiri dalam arti kata dewasa dalam berpikir, berperilaku dan bertindak.
Arti lingkungan bagi pembudidayaan sumber daya insani atau manusia (SDM) merupakan hal yang sangat sentral dan esensial sekali. Begitu pula makna manusia dalam pengembangan sumber daya alam (SDA) baik dalam pengertian lingkungan hayati maupun mati adalah sebagai penggeraknya, artinya manusia sebagai modal utamanya.
Untuk memaknai keterkaitan manusia dengan lingkungannya, maka Islam hadir di dunia ini disamping menjarkan hubungan dengan Allah ( Habelum minallah)dan hubungan dengan sesama manusia juga mengajarkan hubungan alam . Banyak ayat dan Hadist yang menerangkan hal ini.Seperti Ayat  : Jangan kamu sekalian membuat kerusakan dimuka bumi ini sesudah diperbaiki.Demikian juga Hadist Nabi    Kebersihan adalah sebagian dari Ima

II.Pandangan Islam Terhadap Lingkungan
Manusia dan lingkungannya bukan saja menjadi tema sentral yang dibicarakan di negara terbelakang dan berkembang, melainkan juga merupakan pokok persoalan di negara maju. Sebab lingkungan hidup tidaklah terbatas pada lingkungan alami melainkan juga termasuk di dalamnya man-made environment.
Lingkungan buatan manusia terbentuk karena perkembangan daya kreasi manusia yang terefleksi dalam kemampuan ilmu dan teknologi seperti lingkungan perumahan, pertokoan dan lingkungan industri dan sebagainya.
Baik lingkungan alami maupun buatan manusia, di dalamnya terlibat banyak manusia dalam hubungannya dengan ekologi manusia. Ekologi manusia merupakan salah satu bagian dari lingkungan hidup pada umumnya, karena ekologi pada dasarnya merupakan ilmu yang berbicara tentang hubungan timbal-balik antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Makhluk hidup sebagai unsur lingkungan yang paling dominan, secara alamiah tetap membutuhkan lingkungannya sekaligus benda-benda mati yang mengitarinya. Hal ini memberikan pengertian bahwa berdasarkan hukum alam itu sendiri keberadaannya sangat terkait antara satu dengan yang lainnya, terutama manusia sangat berkepentingan kepada seluruh lingkungan yang mengitarinya. Segi lain bagi makhluk lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan yang memiliki hak hidup, keberadaannya benar-benar dapat dirasakan manfaatnya bagi makhluk hidup lainnya termasuk manusia apabila mampu membudidayakannya. Oleh karena itu seluruh populasi dalam ekosistem adalah positif dan penting kehadirannya.
Ekosistem pada hakekatnya merupakan interaksi komunal dalan satu sistem kehidupan dari aneka ragam makhluk hidup dalam tata lingkungan hidup. Kesatuan dalam ekosistem menunjukkan interaksi positif lagi serasi dikalangan sesama makhluk hidup. Dalam pengertian ini berarti keserasian lingkungan sebagai hakekat lingkungan hidup.
Pandangan di atas merupakan teori keserasian lingkungan yang secara eksplisit banyak terungkap dalam ajaran Islam sekalipun dalam bentuk konsep yang bersifat normatif, namun memiliki kecenderungan empirik aplikatif. Teori Quran yang mengungkapkan adanya keserasian lingkungan dalam sistem ekologi termuat dalam surat al-Baqarah ayat 164 yang intinya mendeskripsikan masalah:
1.      Pengertian siang dan malam.
2.      Keteraturan cuaca.
3.      Keterkaitan antara laut dan bahtera yang berlayar.
4.      Keterkaitan antara kapal dan kebutuhan umat manusia.
5.      Keterkaitan antara hujan dan kesuburan tanah, bibit tanaman dan hewan.
6.      Keterkaitan antara angin dan awan penyebab adanya hujan.
7.      Fenomena di atas sebagai isyarat adanya ciptaan dan pencipta.
8.      Allah sebagai kendali utamanya.
Ayat di atas memberikan indikasi adanya komunikasi horizontal antara makhluk hidup sebagai anggota dari sistem ekologi berdasarkan azas kemanfaatan. Kesemuanya itu saling mendukung dan merupakan ciri lingkungan hidup. Ayat ini juga memberikan makna adanya hubungan vertikal terhadap Allah sebagai penciptanya, sekaligus juga menunjukkan kepada manusia di balik keteraturan alam itu terkandung makna kebesaran dan kekuasaan Allah.
Jadi makna keserasian lingkungan memiliki dimensi kosmologik, antropologik dan teologik. Dimensi kosmologik dalam lingkungan hidup adalah adanya keserasian tata alam yang ada dalam kosmos yang terdiri dari adanya daya alam sebagai fenomena alami seperti: angin, udara, hujan termasuk juga air yang salig memiliki daya dukung kelangsungannya.
Dimensi antropologik adalah keterlibatan manusia dalam keberadaan lingkungan hidup baik terhadap alam (lingkungan fisik) maupun lingkungan biologik (tumbuhan dan hewan) begitu pula dalam konteks hubungan sesama manusia (lingkungan sosial budaya) dalam hal ini benturan perilaku sesama manusia yang membentuk tumbuhnya masyarakat yang aman dan damai dirasakan manfaatnya oleh sesama manusia dalam segala bentuk aspek kehidupan.
Dimensi teologiknya adalah keterkaitan makhluk dalam kedudukannya sebagai makhluk dengan Khaliq, yang dalam hal ini Allah sebagai penciptanya. Pengertian yang lebih jauh bahwa tanpa maujud allah maka kemungkinan ada ciptaan makhluk itu sendiri adalah mustahil. Artinya peranan Allah terhadap makhluk adalah dominan oleh karena itu makhluk dan Khaliq merupakan dua wujud yang sangat berkaitan.
Dengan demikian pengertian yang lebih luas dapat diangkan kepermukaan tentang lingkungan hidup yang serasi terletak pada keserasian hubungan alamiyah, manusiawiyah dan ilahiyah yang diikat oleh makna kemanfaatan sebagai tujuan penciptaan. Artinya allah menjadikan seluruh alam itu memiliki tujuan kemanfaatan atau adanya manfaat makhluk yang satu terhadap makhluk yang lain. Hal ini merupakan  sunatullah, yang berakibat saling sebab dan menyebabkan bagi setiap makhluk.
Keberadaan allah sebagai al-Khaliq dan Rabb mengakibatkan terciptanya seluruh alan dan isinya, termasuk manusia yang paling dominan dalam seluruh elemen lingkungan hidup. Sedangkan keberadaan lingkungan fisik (alam) merupakan ajang kehidupan makhluk yang lain (tumbuhan dan hewan) yang berkeliaran. Begitu pula adanya tumbuh-tumbuhan pada hakekatnya sebagai sarana pemenuhan hajat manusia. Dan pada akhirnya eksistensi manusia merupakan sumber pengembangan seluruh lingkungan hidup. Manusialah yang paling dominan dalam kehidupan makhluk hidup yang dalam pemahaman al-Islam disebut dengan Khalifah Fil Ardh.
Dalam kedudukan manusia sebagai khalifah, manusia memiliki tugas menghidupsuburkan seluruh komunitas dalam ekosistem tentunya dengan persyaratan yang ketat harus memiliki ilmu pengetahuan sebagai olah rasa dan akal. Hal ini tergambar di dalam al-Quran yang merupakan antisipasi pengembangan seluruh lingkungan hidup.
Kemampuan manusia meningkatkan kualitas alam ini membawa dampak kehidupan yang serasi dalam seluruh kawasan lingkungan hidup, terutama sekali dalam kehidupan manusia yakni lingkungan sosial/budaya disamping dalam lingkungan fisik atau biologik seperti tumbuh-tumbuhan dan hewan. Namun sebaliknya manusia tanpa kendali akal dan hati, apabila dikuasia oleh hawa nafsu maka penurunan kualitas lingkungan terjadi oleh manusia.
Secara faktual ayat di atas relevan sekali dengan teori-teori lingkungan yang menganggap manusia sebagai esensi dalam lingkungan. Jika dilacak dalam kenyataan sosial, dari zaman manusia itu hidup secara sederhana (terbelakang) atau primitive hingga memasuki kehidupan modern dengan teknologi sebagai ciri-cirinya, manusia merupakan motif dan memegang peranan dalam kelestarian ekosistem. Fakta ini didukumg dengan hadirnya lingkungan buatan manusia (man-made environment) yang menyaingi keberadaan lingkungan alami, limbah industri yang menyebabkan terjadinya pengotoran sungai bahkan seluruh mata air bisa tercemar dan eksesnya adalah timbul penyakit alergi pada kulit. Begitu pula terjadi polusi udara sebagai akibat asap industri, knalpot kendaraan bermotor dan sebagainya. Kesemuanya itu sebagai dampak adanya sikap yang negatif manusia terhadap lingkungan alam dan dialami oleh masyarakat terutama sekali masyarakat industri dan berkembang sebagai efek dari alih teknologi.
Lebih jauh tingkah laku primitif bisa sebagai motifnya, misalnya berburu secara liar, penebangan pohon, ladang berpindah-pindah yang menyebabkan terbentuknya lingkungan yang

tidak sehat. Disisi lain adalah lingkungan sosial pun tanpa kecuali sebagai akibat larutnya pemikiran manusia oleh budaya-budaya yang merusak moral masyarakat. Apabila masyarakat sudah terperosok, maka terciptalah kerusakan lingkungan dan dampaknya tentu pada seluruh bangsa.

Dalam hal ini Allah Mengingatkan kepada manusia bahwa sering kali kerusakan didaratan dan dilautan juga akibat ulah tingkah manusia.terjadi banjir dimana-mana, lumpur di Sidoharjo sampai sekarng belum juga leda adalah merupakan bukti peringatan Allah tersebut

0 Response to "Islam dan Persoalan Lingkungan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel