Budidaya Ternak Sapi Potong
Berikut ini adalah serba-serbi budidaya ternak sapi potong dimulai dengan sejarah singkat ternak sapi potong, sentra budidaya ternak sapi potong, jenis-jenis ternak sapi potong, manfaat ternak sapi potong, persyaratan lokasi budidaya ternak sapi potong, pedoman teknis budidaya ternak sapi potong, hama dan penyakit ternak sapi potong dan lain-lain.
1. SEJARAH SINGKAT
Sapi yang ada sekarang ini
berasal dari Homacodontidae yang dijumpai pada babak Palaeoceen. Jenis-jenis
primitifnya ditemukan pada babak Plioceen di India. Sapi Bali yang banyak
dijadikan komoditi daging/sapi potong pada awalnya dikembangkan di Bali dan
kemudian menyebar ke beberapa wilayah seperti: Nusa Tenggara Barat (NTB),
Sulawesi.
2. SENTRA PETERNAKAN
Sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO
(peranakan ongole) dan sapi Madura banyak terdapat di wilayah Nusa Tenggara
Barat (NTB), Sulawesi. Sapi jenis Aberdeen angus banyak terdapat di Skotlandia.
Sapi Simental banyak terdapat di Swiss. Sapi Brahman berasal dari India dan
banyak dikembangkan di Amerika.
3. JENIS
Jenis-jenis sapi
potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi
yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai
sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna
bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan).
Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging
adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura.
Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang).
Dari populasi sapi potong yang ada, yang
penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura
dan Brahman. Sapi Bali berat badan mencapai 300-400 kg. dan persentase
karkasnya 56,9%.
Sapi Aberdeen angus (Skotlandia) bulu berwarna
hitam, tidak bertanduk, bentuk tubuh rata seperti papan dan dagingnya padat,
berat badan umur 1,5 tahun dapat mencapai 650 kg, sehingga lebih cocok untuk
dipelihara sebagai sapi potong. Sapi Simental (Swiss) bertanduk kecil, bulu
berwarna coklat muda atau kekuning-kuningan. Pada bagian muka, lutut kebawah
dan jenis gelambir, ujung ekor berwarna putih.
Sapi Brahman (dari India), banyak dikembangkan di
Amerika. Persentase karkasnya 45%. Keistimewaan sapi ini tidak terlalu selektif
terhadap pakan yang diberikan, jenis pakan (rumput dan pakan tambahan) apapun
akan dimakannya, termasuk pakan yang jelek sekalipun. Sapi potong ini juga
lebih kebal terhadap gigitan caplak dan nyamuk serta tahan panas.
4. MANFAAT
Memelihara sapi potong sangat
menguntungkan, karena tidak hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga
menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan
meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk
pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat
menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi
lebih gembur dan subur.
Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara
lain:
Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat
pinggang, topi, jaket.
Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan
perekat/lem, tepung tulang dan garang kerajinan
Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan
seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan
manusia.
5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk
membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari pemukiman
penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari rumah
tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus
pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat
dilakukan secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.
6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam
bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang dimiliki. Pada
kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu
jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua
jajaran yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua
jajaran tersebut biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan
(kereman) biasanya berbentuk tunggal apabila kapasitas ternak yang dipelihara
hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan penggemukan sapi ditujukan untuk
komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih besar sehingga dapat
menampung jumlah sapi yang lebih banyak.
Lantai kandang harus diusahakan tetap bersih guna
mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat atau
semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi dengan jerami
kering sebagai alas kandang yang hangat.
Seluruh bagian kandang dan peralatan yang pernah
dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan, seperti
creolin, lysol, dan bahan-bahan lainnya. Ukuran kandang yang dibuat untuk
seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5×2 m atau 2,5×2 m, sedangkan untuk sapi
betina dewasa adalah 1,8×2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5×1 m per ekor, dengan
tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah.
Temperatur di sekitar kandang 25-40 derajat C
(rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat
dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
Kandang untuk pemeliharaan sapi harus bersih dan
tidak lembab. Pembuatan kandang harus memperhatikan beberapa persyaratan pokok
yang meliputi konstruksi, letak, ukuran dan perlengkapan kandang.
Konstruksi dan letak kandang
Konstruksi kandang sapi
seperti rumah kayu. Atap kandang berbentuk kuncup dan salah satu/kedua sisinya
miring. Lantai kandang dibuat padat, lebih tinggi dari pada tanah sekelilingnya
dan agak miring kearah selokan di luar kandang. Maksudnya adalah agar air yang
tampak, termasuk kencing sapi mudah mengalir ke luar lantai kandang tetap
kering.
Bahan konstruksi kandang adalah kayu
gelondongan/papan yang berasal dari kayu yang kuat. Kandang sapi tidak boleh
tertutup rapat, tetapi agak terbuka agar sirkulasi udara didalamnya lancar.
Termasuk dalam rangkaian penyediaan pakan sapi adalah air minum yang bersih.
Air minum diberikan secara ad libitum, artinya
harus tersedia dan tidak boleh kehabisan setiap saat. Kandang harus terpisah
dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat
menembus pelataran kandang. Pembuatan kandang sapi dapat dilakukan secara
berkelompok di tengah sawah/ladang.
Ukuran Kandang
Sebelum membuat kandang sebaiknya
diperhitungkan lebih dulu jumlah sapi yang akan dipelihara. Ukuran kandang
untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5 x 2 m. Sedangkan untuk seekor sapi
betina dewasa adalah 1,8 x 2 m dan untuk seekor anak sapi cukup 1,5×1 m.
Perlengkapan Kandang
Termasuk dalam perlengkapan
kandang adalah tempat pakan dan minum, yang sebaiknya dibuat di luar kandang,
tetapi masih dibawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar pakan
yang diberikan tidak diinjak-injak/ tercampur kotoran.
Tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa
bak semen dan sedikit lebih tinggi dari pada permukaan lantai. Dengan demikian
kotoran dan air kencing tidak tercampur didalamnya. Perlengkapan lain yang
perlu disediakan adalah sapu, sikat, sekop, sabit, dan tempat untuk memandikan
sapi. Semua peralatan tersebut adalah untuk membersihkan kandang agar sapi
terhindar dari gangguan penyakit sekaligus bisa dipakai untuk memandikan sapi.
6.2. Pembibitan
Syarat ternak yang harus diperhatikan adalah:
Mempunyai tanda telinga, artinya pedet tersebut
telah terdaftar dan lengkap silsilahnya.
Matanya tampak cerah dan bersih.
Tidak terdapat tanda-tanda sering butuh,
terganggu pernafasannya serta dari hidung tidak keluar lendir.
Kukunya tidak terasa panas bila diraba.
Tidak terlihat adanya eksternal parasit pada
kulit dan bulunya.
Tidak terdapat adanya tanda-tanda mencret pada
bagian ekor dan dubur.
Tidak ada tanda-tanda kerusakan kulit dan
kerontokan bulu.
Pusarnya bersih dan kering, bila masih lunak dan
tidak berbulu menandakan bahwa pedet masih berumur kurang lebih dua hari.
Untuk menghasilkan daging, pilihlah tipe
sapi yang cocok yaitu jenis sapi Bali, sapi Brahman, sapi PO, dan sapi yang
cocok serta banyak dijumpai di daerah setempat. Ciri-ciri sapi potong tipe
pedaging adalah sebagai berikut:
tubuh dalam, besar, berbentuk persegi empat/bola.
kualitas dagingnya maksimum dan mudah dipasarkan.
laju pertumbuhannya relatif cepat.
efisiensi bahannya tinggi.
6.3. Pemeliharaan
Pemeliharaan sapi potong
mencakup penyediaan pakan (ransum) dan pengelolaan kandang. Fungsi kandang
dalam pemeliharaan sapi adalah :
Melindungi sapi dari hujan dan panas matahari.
Mempermudah perawatan dan pemantauan.
Menjaga keamanan dan kesehatan sapi.
Pakan merupakan sumber energi utama untuk
pertumbuhan dan pembangkit tenaga. Makin baik mutu dan jumlah pakan yang
diberikan, makin besar tenaga yang ditimbulkan dan masih besar pula energi yang
tersimpan dalam bentuk daging.
Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara
intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah mengawasinya, sementara
pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit dilakukan karena sapi-sapi
yang dipelihara dibiarkan hidup bebas.
Pemberian Pakan
Pada umumnya, setiap sapi
membutuhkan makanan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang
menyusui, dan supaya tidak jenuh memerlukan pakan yang memadai dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Pemberian pakan dapat dilakukan dengan 3 cara:
yaitu penggembalaan (Pasture fattening), kereman (dry lot faatening) dan
kombinasi cara pertama dan kedua.
Penggembalaan dilakukan dengan melepas sapi-sapi
di padang rumput, yang biasanya dilakukan di daerah yang mempunyai tempat
penggembalaan cukup luas, dan memerlukan waktu sekitar 5-7 jam per hari. Dengan
cara ini, maka tidak memerlukan ransum tambahan pakan penguat karena sapi telah
memakan bermacam-macam jenis rumput.
Pakan dapat diberikan dengan cara
dijatah/disuguhkan yang yang dikenal dengan istilah kereman. Sapi yang
dikandangkan dan pakan diperoleh dari ladang, sawah/tempat lain. Setiap hari
sapi memerlukan pakan kira-kira sebanyak 10% dari berat badannya dan juga pakan
tambahan 1% – 2% dari berat badan.
Ransum tambahan berupa dedak halus atau bekatul,
bungkil kelapa, gaplek, ampas tahu. yang diberikan dengan cara dicampurkan
dalam rumput ditempat pakan. Selain itu, dapat ditambah mineral sebagai penguat
berupa garam dapur, kapus. Pakan sapi dalam bentuk campuran dengan jumlah dan
perbandingan tertentu ini dikenal dengan istilah ransum.
Pemberian pakan sapi yang terbaik adalah
kombinasi antara penggembalaan dan keraman. Menurut keadaannya, jenis hijauan
dibagi menjadi 3 katagori, yaitu hijauan segar, hijauan kering, dan silase.
Macam hijauan segar adalah rumput-rumputan, kacang-kacangan (legu minosa) dan
tanaman hijau lainnya. Rumput yang baik untuk pakan sapi adalah rumput gajah,
rumput raja (king grass), daun turi, daun lamtoro.
Hijauan kering berasal dari hijauan segar yang
sengaja dikeringkan dengan tujuan agar tahan disimpan lebih lama. Termasuk
dalam hijauan kering adalah jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung,
dsb. yang biasa digunakan pada musim kemarau. Hijauan ini tergolong jenis pakan
yang banyak mengandung serat kasar.
Hijauan segar dapat diawetkan menjadi silase.
Secara singkat pembuatan silase ini dapat dijelaskan sebagai berikut: hijauan
yang akan dibuat silase ditutup rapat, sehingga terjadi proses fermentasi.
Hasil dari proses inilah yang disebut silase. Contoh-contoh silase yang telah
memasyarakat antara lain silase jagung, silase rumput, silase jerami padi, dll.
Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar
mengalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan berubah menjadi pupuk kandang
yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh tertutup rapat (agak
terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih
harus tersedia setiap saat.
Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di luar
kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar
pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran.
Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat
permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi daripada permukaan lantai.
Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
Screenshot_5
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
Penyakit antraks
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui
kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala:
demam tinggi, badan lemah dan gemetar;
gangguan pernafasan;
pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat
kelamin dan badan penuh bisul;
kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang
keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina;
kotoran ternak cair dan sering bercampur darah;
limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika,
mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit
Apthae epizootica (AE)
Penyebab: virus ini menular melalui kontak
langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar
kuman AE.
Gejala:
rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak
melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
demam atau panas, suhu badan menurun drastis;
nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama
sekali;
air liur keluar berlebihan.
Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit
diasingkan dan diobati secara terpisah.
Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit
Septichaema epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida.
Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala:
kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak,
berwarna merah dan kebiruan;
leher, anus, dan vulva membengkak;
paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut
masam dan berwarna merah tua;
demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang
yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara
12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi
antibiotika atau sulfa.
Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam
kandang yang basah dan kotor.
Gejala:
mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan
mengeluarkan cairan putih keruh;
kulit kuku mengelupas;
tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit;
sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pengendalian
Pengendalian penyakit sapi
yang paling baik menjaga kesehatan sapi dengan tindakan pencegahan. Tindakan
pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi adalah:
Menjaga kebersihan kandang beserta peralatannya,
termasuk memandikan sapi.
Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi sehat dan
segera dilakukan pengobatan.
Mengusakan lantai kandang selalu kering.
Memeriksa kesehatan sapi secara teratur dan
dilakukan vaksinasi sesuai petunjuk.
8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi potong adalah
dagingnya
8.2. Hasil Tambahan
Selain daging yang menjadi hasil budidaya, kulit
dan kotorannya juga sebagai hasil tambahan dari budidaya sapi potong.
9. PASCAPANEN
9.1. Stoving
Ada beberapa prinsip teknis yang harus
diperhatikan dalam pemotongan sapi agar diperoleh hasil pemotongan yang baik,
yaitu:
Ternak sapi harus diistirahatkan sebelum
pemotongan
Ternak sapi harus bersih, bebas dari tanah dan
kotoran lain yang dapat mencemari daging.
Pemotongan ternak harus dilakukan secepat
mungkin, dan rasa sakit yang diderita ternak diusahakan sekecil mungkin dan
darah harus keluar secara tuntas.
Semua proses yang digunakan harus dirancang untuk
mengurangi jumlah dan jenis mikroorganisme pencemar seminimal mungkin.
9.2. Pengulitan
Pengulitan pada sapi yang telah
disembelih dapat dilakukan dengan menggunakan pisau tumpul atau kikir agar
kulit tidak rusak. Kulit sapi dibersihkan dari daging, lemak, noda darah atau
kotoran yang menempel.
Jika sudah bersih, dengan alat perentang yang
dibuat dari kayu, kulit sapi dijemur dalam keadaan terbentang. Posisi yang
paling baik untuk penjemuran dengan sinar matahari adalah dalam posisi sudut 45
derajat.
9.3. Pengeluaran Jeroan
Setelah sapi dikuliti, isi perut
(visceral) atau yang sering disebut dengan jeroan dikeluarkan dengan cara
menyayat karkas (daging) pada bagian perut sapi.
9.4. Pemotongan Karkas
Akhir dari suatu
peternakan sapi potong adalah menghasilkan karkas berkualitas dan berkuantitas
tinggi sehingga recahan daging yang dapat dikonsumsipun tinggi. Seekor ternak
sapi dianggap baik apabila dapat menghasilkan karkas sebesar 59% dari bobot
tubuh sapi tersebut dan akhirnya akan diperoleh 46,50% recahan daging yang
dapat dikonsumsi.
Sehingga dapat dikatakan bahwa dari seekor sapi
yang dipotong tidak akan seluruhnya menjadi karkas dan dari seluruh karkas
tidak akan seluruhnya menghasilkan daging yang dapat dikonsumsi manusia.
Oleh karena itu, untuk menduga hasil karkas dan
daging yang akan diperoleh, dilakukan penilaian dahulu sebelum ternak sapi
potong. Di negara maju terdapat spesifikasi untuk pengkelasan (grading)
terhadap steer, heifer dan cow yang akan dipotong.
Karkas dibelah menjadi dua bagian yaitu karkas
tubuh bagian kiri dan karkas tubuh bagian kanan. Karkas dipotong-potong menjadi
sub-bagian leher, paha depan, paha belakang, rusuk dan punggung. Potongan
tersebut dipisahkan menjadi komponen daging, lemak, tulang dan tendon.
Pemotongan karkas harus mendapat penanganan yang
baik supaya tidak cepat menjadi rusak, terutama kualitas dan hygienitasnya.
Sebab kondisi karkas dipengaruhi oleh peran mikroorganisme selama proses
pemotongan dan pengeluaran jeroan.
Daging dari karkas mempunyai beberapa golongan
kualitas kelas sesuai dengan lokasinya pada rangka tubuh. Daging kualitas
pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah
daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah
punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging
daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada
(brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang
4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian
bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging
bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari
karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%). Persentase recahan
karkas dihitung sebagai berikut:
Persentase recahan karkas = Jumlah berat recahan
/ berat karkas x 100 %
Istilah untuk sisa karkas yang dapat
dimakan disebut edible offal, sedangkan yang tidak dapat dimakan disebut
inedible offal (misalnya: tanduk, bulu, saluran kemih, dan bagian lain yang
tidak dapat dimakan).
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya sapi potong kereman
setahun di Bangli skala 25 ekor pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
Biaya Produksi
Pembelian 25 ekor bakalan : 25 x 250 kg x Rp.
7.800,- —–> Rp. 48.750.000,-
Kandang ————————————> Rp. 1.000.000,-
Pakan
Hijauan: 25 x 35 kg x Rp.37,50 x 365 hari ——–>
Rp. 12.000.000,-
Konsentrat: 25 x 2kg x Rp. 410,- x 365 hari
——> Rp. 7.482.500,-
4.Retribusi kesehatan ternak: 25 x Rp. 3.000,-
———> Rp. 75.000,-
5.Jumlah biaya produksi ———————————–> Rp.
69.307.500,-
Pendapatan :
Penjualan sapi kereman Tambahan berat badan: 25 x
365 x 0,8 kg = 7.300 kg, Berat sapi setelah setahu: (25 x 250 kg) + 7.300 kg =
13.550 kg
Harga jual sapi hidup: Rp. 8.200,-/kg x 13.550 kg
————–> Rp. 111.110.000,-
Penjualan kotoran basah: 25 x 365 x 10 kg x Rp.
12,- ——> Rp. 1.095.000,-
Jumlah Pendapatan ———————————————-> Rp.
112.205.000,-
Keuntungan
Tanpa memperhitungkan biaya tenaga internal
keuntungan Penggemukan 25 ekor sapi selama setahun. ———> Rp. 42.897.500,-
Parameter kelayakan usaha : a. B/C ratio = 1,61
10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Sapi potong mempunyai potensi
ekonomi yang tinggi baik sebagai ternak potong maupun ternak bibit. Selama ini
sapi potong dapat mempunyai kebutuhan daging untuk lokal seperti rumah tangga,
hotel, restoran, industri pengolahan, perdagangan antar pulau.
Pasaran utamanya adalah kota-kota besar seperti
kota metropolitan Jakarta. Konsumen untuk daging di Indonesia dapat digolongkan
ke dalam beberapa segmen yaitu :
Konsumen Akhir
Konsumen akhir, atau disebut
konsumen rumah tangga adalah pembeli-pembeli yang membeli untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan individunya. Golongan ini mencakup porsi yang paling
besar dalam konsumsi daging, diperkirakan mencapai 98% dari konsumsi total.
Mereka ini dapat dikelompokkan lagi ke dalam ova sub segmen yaitu :
- Konsumen dalam negeri ( Golongan menengah
keatas )
Segmen ini merupakan segmen terbesar yang
kebutuhan dagingnya kebanyakan dipenuhi dari pasokan dalam negeri yang masih
belum memperhatikan kualitas tertentu sebagai persyaratan kesehatan maupun
selera.
- Konsumen asing
Konsumen asing yang mencakup keluarga-keluarga
diplomat, karyawan perusahaan dan sebagian pelancong ini porsinya relatif kecil
dan tidak signifikan. Di samping itu juga kemungkinan terdapat konsumen manca
negara yang selama ini belum terjangkau oleh pemasok dalam negeri, artinya
ekspor belum dilakukan/jika dilakukan porsinya tidak signifikan.
Konsumen Industri
Konsumen industri merupakan
pembeli-pembeli yang menggunakan daging untuk diolah kembali menjadi produk
lain dan dijual lagi guna mendapatkan laba. Konsumen ini terutama meliputi:
hotel dan restauran dan yang jumlahnya semakin meningkat Adapun mengenai tata
niaga daging di negara kita diatur dalam inpres nomor 4 tahun 1985 mengenai
kebijakansanakan kelancaran arus barang untuk menunjang kegiatan ekonomi. Di
Indonesia terdapat 3 organisasi yang bertindak seperti pemasok daging yaitu :
KOPPHI (Koperasi Pemotongan Hewan Indonesia),
yang mewakili pemasok produksi peternakan rakyat.
APFINDO (Asosiasi Peternak Feedlot (penggemukan)
Indonesia), yang mewakili peternak penggemukan
ASPIDI (Asosiasi Pengusaha Importir Daging
Indonesia).
11. DAFTAR PUSTAKA
Abbas Siregar Djarijah. 1996, Usaha Ternak Sapi,
Kanisius, Yogyakarta.
Yusni Bandini. 1997, Sapi Bali, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Teuku Nusyirwan Jacoeb dan Sayid Munandar. 1991,
Petunjuk Teknis Pemeliharaan Sapi Potong, Direktorat Bina Produksi Peternaka
Direktorat Jenderal Peternakan Departemen
Pertanian, Jakarta Undang Santosa. 1995, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi,
Penebar Swadaya,
Jakarta.
Lokakarya Nasional Manajemen Industri Peternakan.
24 Januari 1994,Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta.
Kohl, RL. and J.N. Uhl. 1986, Marketing of
Agricultural Products, 5 th ed, Macmillan Publishing Co, New York.
PENGEMUKAN SAPI POTONG SISTEM KEREMAN
KELUARAN
Teknologi dan metoda pengemukan sapi
BAHAN
Sapi bakalan, hijauan segar, makanan
penguat, konsentrat, vitamin, air minum dan obat-obatan
ALAT
Timbangan, takaran, ember, sabit, cangkul,
karung plastik, dll.
PEDOMAN TEKNIS
Penggemukan pada dasarnya adalah
memanfaatkan potuensi genetik untuk tumbuh dan menyimpan lemak tubuh dalam
jangka waktu maksimal 6 bulan. Sistem kereman adalah pemeliharaan di kandang
dengan diberi pakan dasar hijauan (rumput dan leguminosa), dan pakan tambahan
(konsentrat). Jumlah pakan tambahan minimal 1 1/2 % berat badan dengan
kandungan protein 14 -16 %.
- Sapi bakalan
Umur sapi yang akan digemukkan adalah sapi jantan
muda atau dewasa, kurus dan sehat. Bobot badan sapi minimal 200 kg, dengan umur
kurang antara 1-1,5 tahun.
- Pakan tambahan (konsentrat)
Untuk mendapatkan pertambahan sapi dengan cepat
maka perlu diimbangi dengan penambahan makanan penguat, yang mudah didapat,
antara lain dengan batas penggunaan dalam ransum (9/100 gram) dedak padi/katul
60, batang sagu (hati sagu) 6, bungkil kelapa 30, tepung ikan 3, garam dapur
0,5 dan mixed mineral 0,5.
- Perkandangan
Kandang ternak harus berjarak 10 – 20 m dari
rumah atau sumber air. Ukuran kandang per ekor adalah : lebar 125 cm dan
panjang 2 m, lantai kandang usahakan dengan alas semen dan tidak becek/kotor.
Tempat makan, minum dan garam harus mudah terjangkau oleh ternak. Kotoran
ternak harus dibersihkan setiap hari dan buatkan penampungan kotoran untuk
kompos yang terpisah dari kandang.
SUMBER
0 Response to "Budidaya Ternak Sapi Potong"
Post a Comment